Neuromyelitis Optica, Masalah Autoimun yang Bisa Ganggu Saraf Optik

Neuromyelitis Optica, Masalah Autoimun yang Bisa Ganggu Saraf Optik 
Kondisi ini mampu sampai memicu kebutaan

Diyakini sebagai situasi autoimun, neuromyelitis optica tidak cuma mempengaruhi saraf mata, tetapi terhitung sumsum tulang belakang dan otak. Dikenal terhitung sebagai problem spektrum neuromyelitis optica atau penyakit Devic, penyakit ini mampu memicu kasus penglihatan, kelemahan otot, dan tanda-tanda lainnya.

Kondisi ini berjalan kala sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap sel-sel di sistem saraf pusat, lebih-lebih di saraf optik, sumsum tulang belakang, dan kadang-kadang otak.

Neuromyelitis optica cenderung kambuh. Selama kambuh, rusaknya baru terhadap saraf optik atau sumsum tulang belakang mampu memicu kecacatan. Oleh sebab itu, mencegahnya sangat mutlak untuk hasil jangka panjang yang lebih baik. 

Menurut keterangan di dalam jurnal medis “Clinical & Experimental Immunology”, neuromyelitis optica telah mendapat perhatian spesifik di kalangan ilmuwan dan pengetahuan pakar saraf klinis.

Untuk menjawab rasa penasaranmu perihal situasi ini, lihat konsisten penjelasannya.

1. Neuromyelitis optica memicu sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat

Neuromyelitis Optica, Masalah Autoimun yang Bisa Ganggu Saraf Optik 
Melansir laman WebMD, kasus neuromyelitis optica terhitung langka bersama dengan perkiraan mempengaruhi 4.000 masyarakat Amerika Serikat. Sementara, prevalensi dan insidensi di seluruh dunia diperkirakan cuma mempengaruhi 0,052 dan 0,44 berasal dari 100.000 orang.

Artikel di dalam National Multiple Sclerosis Society memaparkan bahwa neuromyelitis optica diperkirakan menjangkiti 80 prosen masyarakat keturunan Asia, Afrika, dan masyarakat asli Amerika.

Dilansir Mayo Clinic, penyebab neuromyelitis optica belum diketahui secara pasti, biarpun kadang-kadang penyakit ini terlihat sesudah terdapatnya infeksi atau berhubungan bersama dengan situasi autoimun lainnya.

Ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sistem saraf pusat dan saraf optik, hal tersebut mampu memicu peradangan dan rusaknya saraf.

2. Neuromyelitis optica dan multiple sclerosis, apa bedanya?

Neuromyelitis Optica, Masalah Autoimun yang Bisa Ganggu Saraf Optik 
Neuromyelitis optica kerap di anggap multiple sclerosis, biarpun ke dua situasi tersebut mempunyai kesamaan yakni problem autoimun yang mempengaruhi sel saraf di sistem saraf pusat dan saraf optik. Kedua situasi ini bisa saja menghasilkan tanda-tanda yang mirip, layaknya kehilangan penglihatan dan kelemahan otot.

Meskipun mirip, tetapi senantiasa ada perbedaan mendasar pada neuromyelitis optica dan multiple sclerosis. Perbedaan tersebut adalah:

  • Sel kekebalan spesifik dan sistem autoimun di dalam neuromyelitis optica tidak sama bersama dengan mutiple sclerosis.
  • Penderita neuromyelitis optica sebanyak 70 prosen mempunyai antibodi anti-AQP4, namun penderita multiple sclerosis tidak memilikinya.
  • Perawatan bagi penderita neuromyelitis optica tidak sepenuhnya berlaku untuk penderita multiple sclerosis.
  • Fase kambuh neuromyelitis optica cenderung menghasilkan tanda-tanda lebih parah dibandingkan fase kambuh multiple sclerosis.
  • Neuromyelitis optica cenderung memicu kasus kesehatan yang susah disembuhkan lebih cepat daripada multiple sclerosis (meskipun ke dua situasi ini mampu memicu rusaknya yang bertahan lama berasal dari saat ke waktu).


3. Gejala yang ditunjukkan salah satunya adalah kehilangan penglihatan saat di satu atau ke dua mata

Neuromyelitis Optica, Masalah Autoimun yang Bisa Ganggu Saraf Optik 
Studi di dalam “U.S. National Library of Medicine, Genetics Home Reference” mengatakan jikalau tanda-tanda neuromyelitis optica paling kerap terlihat terhadap orang dewasa usia 40-an, tetapi tanda-tanda mampu berkembang terhadap usia berapa pun.

Penderita neuromyelitis optica mampu mengalami beberapa episode tanda-tanda yang dikenal bersama dengan relaps (kambuh). Hal ini bisa saja berjalan di dalam hitungan bulan atau tahun.

Dalam beberapa kasus, penderita neuromyelitis optica mengembangkan bentuk penyakit monofasik. lelaki maupun perempuan sama-sama mempunyai bisa saja mengembangkan type monofasik, tetapi perempuan lebih kerap mengalami kekambuhan neuromyelitis optica.

Berbicara perihal gejala, penderita neuromyelitis optica bakal menyatakan tanda-tanda di bawah ini:

  • Mual dan muntah;
  • Sakit mata di satu atau ke dua mata;
  • Kehilangan penglihatan saat di satu atau ke dua mata;
  • Sumsum tulang belakang jadi bengkak dan teriritasi (meradang) disebut myelitis transversa;
  • Kelemahan otot atau kelumpuhan di lengan dan kaki;
  • Kejang otot dan nyeri di lengan dan kaki;
  • Cegukan yang tidak terkendali;
  • Masalah kandung kemih, usus, dan seksual;
  • Mati rasa, kesemutan, atau perubahan sensorik lain.


4. Diagnosis neuromyelitis optica

Neuromyelitis Optica, Masalah Autoimun yang Bisa Ganggu Saraf Optik 
Jika merasakan tanda-tanda yang mengenai bersama dengan kasus penglihatan, kelemahan otot, kehilangan sensasi, kehilangan kendali atas usus atau kandung kemih, maka berkunjung ke dokter adalah ketetapan bijak.

Dalam menegakkan diagnosis, dokter bakal bertanya beberapa hal mengenai riwayat kesehatan dan tanda-tanda yang diderita. Selanjutnya, dokter bisa saja bakal melaksanakan pengecekan fisik layaknya tes darah, tes mata, tes respons rangsangan, uji neurologis, lumbal pungsi atau spinal tap, dan MRI.

Sementara itu, opsi pengobatan neuromyelitis optica beberapa besar dijalankan tergantung terhadap memproduksi antibodi anti-AQP4 atau tidak. Jika penderita mempunyai antibodi spesifik tersebut, mereka dikatakan mengalami problem spektrum neuromyelitis optica.

5. Pengobatan dan perawatan neuromyelitis optica

Neuromyelitis Optica, Masalah Autoimun yang Bisa Ganggu Saraf Optik 
Setelah diagnosis ditetapkan, dokter bakal memberi anjuran pengobatan dan perawatan. Perawatannya sendiri melibatkan terapi steroid untuk memulihkan tanda-tanda dan menahan kambuh di sesudah itu hari.

Pada tahap awal, dokter biasanya memberi obat kortikosteroid, yakni methylprednisolone, melalui pembuluh darah di lengan secara intervena. Untuk perawatan jangka panjang, dokter mampu menggunakan kortikosteroid dosis rendah. Resep obat lain yang bisa saja bakal diresepkan termasuk azathioprine, mycophenolate mofetil, atau rituximab.

Selain itu, pertukaran plasma kerap kali dijalankan sebagai pengobatan pertama atau kedua. Dokter terhitung mampu membantu menangani tanda-tanda lain yang bisa saja dialami, layaknya nyeri.

Teknik rehabilitasi layaknya fisioterapi terhitung mampu membantu penderita neuromyelitis optica, lebih-lebih yang mempunyai kasus bersama dengan mobilitas.

Meskipun neuromyelitis optica masuk di dalam kategori situasi langka, membekali diri bersama dengan pengetahuan perihal hal-hal yang berhubungan bersama dengan penyakit ini sangat diperlukan. Sama halnya bersama dengan penyakit lain, neuromyelitis optica mampu mengundang komplikasi jikalau tidak ditangani bersama dengan tepat.

Pasalnya, dilansir Medical News Today, komplikasi neuromyelitis optica tak main-main. Mulai berasal dari kasus pernapasan, depresi, disfungsi seksual, tulang rapuh, kelumpuhan, sampai kebutaan.

Maka berasal dari itu, jikalau kamu mengalami tanda-tanda yang mengenai bersama dengan kasus penglihatan, kelemahan otot, kehilangan sensasi, kehilangan kendali atas usus atau kandung kemih, sebaiknya langsung buat janji temu bersama dengan dokter.

Artikel ini di ambil dari : IdnTimes