Api telah mempesona umat manusia selama ribuan tahun. Pasalnya, meski panas dan dapat merugikan manusia, api memiliki banyak manfaat. Dari memasak hingga mengolah sumber energi. Selain manfaat tersebut, ada hal keren lainnya tentang api yang belum banyak diketahui orang. Inilah beberapa di antaranya.
Kebakaran di bumi dan di luar angkasa berbeda
Api umumnya dilihat sebagai bentuk oval yang tegak. Api sendiri berbentuk seperti ini karena dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi dan pergerakan partikel gas. Saat api menyala, udara hangat mengembang ke atas, meninggalkan udara bersuhu lebih rendah di bawahnya. Hasilnya, nyala api dengan bentuk khasnya dihasilkan.
Namun di luar angkasa, api menunjukkan bahwa ia memiliki bentuk yang berbeda. Akibat kurangnya gravitasi, gas terus mengembang akibat perubahan suhu, tetapi udara panas tidak bergerak ke atas. Alhasil, api yang dihasilkan tampak bulat dengan penyalaan lambat.
Kebakaran yang terjadi di luar angkasa diketahui menggunakan oksigen jauh lebih sedikit daripada kebakaran di Bumi. Dengan kata lain, nyala api di luar angkasa bisa bertahan lebih lama daripada di Bumi.
Hal ini kemudian mendorong para ilmuwan NASA untuk melakukan eksperimen kebakaran di stasiun luar angkasa atau di ruangan khusus. Mereka berharap hasil eksperimen ini bisa berkontribusi pada proses pembakaran yang lebih efisien. Apalagi di tengah fenomena konsumsi bahan bakar fosil seperti sekarang.
Kebakaran hutan dapat mengubah iklim
Saat mendengar kata kebakaran hutan, kita akan langsung membayangkan pemandangan di mana hutan dipenuhi lautan api dan asap tebal. Orang-orang sudah lama takut akan kebakaran hutan karena dapat menimbulkan dampak yang menghancurkan. Saat kebakaran hutan menyebar tak terkendali, kebakaran hutan dapat melahap jutaan hektar lahan sekaligus.
Kebakaran hutan terbesar di dunia terjadi di Rusia dan berdampak pada 19 juta hektar lahan yang terbakar. Namun, dampak kebakaran hutan tidak terbatas pada lahan. Saat kebakaran hutan terjadi secepat ini, kondisi cuaca juga terpengaruh.
Saat api menyala, udara menghangatkan dirinya sehingga meringankan dan naik. Saat udara panas mencapai ketinggian, udara menjadi dingin dan kemudian berubah menjadi awan.
Awan yang terbentuk dari kebakaran hutan dikenal sebagai pyrocumulus. Jika awan tersebut merupakan awan yang berpotensi menimbulkan hujan badai, maka awan tersebut disebut pyrocumunolimbus.
Awan yang menyebabkan kebakaran hutan sebenarnya dapat membantu menciptakan hujan, yang pada gilirannya membantu memadamkan api. Namun, awan juga dapat menimbulkan angin kencang yang memperparah kebakaran.
Terkadang angin yang disebabkan oleh kebakaran hutan menjadi begitu kuat hingga menyebabkan angin puting beliung. Kasus ini terjadi pada tahun 2018 ketika terjadi kebakaran hutan di California, Amerika Serikat.
Pengikut agama tertentu merayakan api
Zoroastrianisme atau pesulap adalah salah satu agama tertua di dunia yang masih ada hingga saat ini. Agama asli Persia ini sekarang memiliki sekitar 200.000 pengikut agama, yang kebanyakan tinggal di Iran dan India.
Ciri Zoroastrianisme yang paling terkenal adalah para pengikutnya sangat sering menggunakan api dalam upacara keagamaan mereka. Sampai-sampai mereka yang tidak mengenal agama ini mengira bahwa penganut agama Zoroaster adalah penyembah api. Faktanya, mereka tidak menyukai api.
Bagi Zoroaster, api melambangkan hal-hal yang menentukan kualitas sebuah agama: ketertiban, kemurahan hati, ketulusan, kejujuran, dan keadilan. Lima hal ini dalam Zoroastrianisme dikenal sebagai Asha. Zoroastrian juga percaya bahwa ada 5 jenis api di alam semesta ini.
Jika mereka berdoa, penganut agama Zoroaster akan menghadapi api. Itulah mengapa kuil Zoroastrianisme memiliki oven di dalamnya. Selain api, warga Zoroastrian bisa berdoa kepada sumber cahaya lain seperti matahari atau lampion.
Api di kuil Zoroastrianisme juga disebut api abadi karena api itu berusaha tidak pernah padam. Kompor tersebut menggunakan bahan bakar murni untuk melambangkan abu seseorang.
Tentara di Abad Pertengahan sudah mengenali api
Senjata api adalah salah satu senjata paling menakutkan yang pernah dibuat manusia. Seperti namanya, nyala api menyemprotkan nyala api ke korban. Mereka yang terkena serangan senjata mati hidup-hidup dalam keadaan mudah terbakar.
Hingga saat ini, orang beranggapan bahwa rudal tersebut adalah senjata yang hanya diproduksi di zaman modern, tepatnya pada masa Perang Dunia Pertama. Faktanya, bagaimanapun, bahwa jauh sebelum pecahnya Perang Dunia I, orang sudah mengenal senjata dengan cara yang sama.
Saat Kekaisaran Bizantium masih ada, negara ini dikenal menggunakan senjata mirip api. Pada masa pemerintahan Kaisar Cosntantin V pada abad ke-7, seorang insinyur Eropa Timur bernama Callinicus menciptakan senjata khusus yang disebut api Yunani.
Api Yunani adalah senjata yang menembakkan api bersama dengan cairan khusus. Senjata-senjata ini biasanya digunakan untuk membakar kapal musuh. Yang membuat api Yunani begitu istimewa adalah api itu terus membesar saat terkena air.
Karena musuh tidak dapat mengulangi api Yunani, informasi tentang bahan mentah untuk cairan dalam api Yunani itu benar-benar rahasia negara. Adanya api Yunani menjadi salah satu alasan Kekaisaran Bizantium mampu menguasai Mediterania selama berabad-abad.
Api Bisa Digunakan Untuk Pengobatan
Kian majunya teknologi tidak lantas membuat pengobatan tradisional ditinggalkan begitu saja. Pengobatan tradisional Cina adalah contoh dari teknik pengobatan alternatif yang masih bertahan hingga sekarang kendati digempur oleh perkembangan zaman. Untuk tahun 2012 saja, pengobatan tradisional Cina konon memiliki nilai ekonomi hingga 84 milyar dollar.
Jika bicara soal pengobatan tradisional Cina, maka yang terbayang di benak kita biasanya tidak jauh-jauh dari akupuntur atau ramuan tradisional. Namun selain pengobatan macam itu, ternyata tabib tradisional Cina juga mengenal teknik pengobatan memakai api! Terapi api adalah nama dari teknik pengobatan ekstrim tersebut.
Terapi ini menggunakan handuk yang sudah dibasahi beserta campuran obat tradisional dan pemantik api. Pengobatan memakai terapi ini dilakukan dengan cara menaruh handuk di atas tubuh pasien, lalu menyalakan api pada bagian tertentu handuk.
Menurut mereka yang menjalankan terapi ini, terapi api membantu menyeimbangkan kembali energi dalam tubuh manusia. Namun masih belum ada bukti ilmiah untuk mendukung efektifitas terapi ini. Terapi api juga memiliki resiko yang tinggi karena jika apinya menyala di luar kendali, pasien dan tabib bisa menderita luka bakar parah.