Vaksin Sputnik V Rusia berbasis adenovirus, apa artinya?
Vaksin COVID-19 yang dikembangkan Rusia dilaporkan telah menghasilkan respons antibodi. Vaksin yang diberi nama Sputnik V ini terhitung tidak membuktikan ada dampak samping yang serius.
"Penelitian sepertinya dilakukan bersama benar-benar baik," kata Naor Bar-Zeev dari John Hopkins Bloomberg School of Public Health layaknya dikutip dari The New York Times pada Minggu (6/9/2020).
Namun dia mengingatkan Slot Online bahwa belum tersedia yang mengetahui apakah Sputnik V akan aman dan efektif hingga uji cobalah bersama skala lebih besar selesai dilakukan.
1. Hasil dari uji cobalah vaksin Sputnik V
Melansir dari BBC, dua uji cobalah vaksin Sputnik V dilakukan pada Juni dan Juli. Makalah The Lancet menjelaskan masing-masing uji cobalah melibatkan 38 sukarelawan sehat yang diberi vaksin dan vaksin booster tiga pekan kemudian.
Para sukarelawan terdiri dari warga berusia 18-60 th. dan dipantau selama 42 hari. Seluruhnya tercatat mengembangkan antibodi didalam kurun sementara tiga minggu.
Efek samping yang nampak pada kebanyakan adalah sakit kepala dan nyeri sendi. Uji cobalah dilakukan bersama label terbuka dan tidak acak. Artinya, tidak tersedia plasebo dan para sukarelawan mengetahui mereka diberi vaksin.
"Uji cobalah jangka panjang bersama skala lebih besar dan pemantauan lebih lanjut dibutuhkan untuk menegaskan keamanan jangka panjang dan efektivitas vaksin untuk menghindar infeksi COVID-19," tulis laporan yang disiarkan pada Sabtu (5/9/2020).
Tahap ketiga dari uji cobalah ini direncanakan akan melibatkan 40.000 sukarelawan.
2. Menggunakan adenovirus sebagai dasar didalam uji coba
Para peneliti di Gamaleya Research Institute di Moskow manfaatkan desain utnuk vaksin yang di awalnya dikembangkan untuk uji klinis MERS, penyakit yang disebabkan virus corona type lainnya.
Vaksin Rusia ini diketahui manfaatkan strain adenovirus yang disesuaikan. Virus selanjutnya adalah virus yang kebanyakan menyebabkan pilek. Hal ini digunakan untuk menyebabkan respons kekebalan tubuh.
Melansir dari The New York Times, vaksin berbasis adenovirus terhitung tengah diuji oleh beberapa tim lain. Termasuk AstraZeneca, CanSinoBio dan Johnson & Johnson.
Rusia sendiri mengambil alih langkah berbeda bersama tim lain bersama langkah mengkombinasikan dua adenovirus jadi satu vaksin. Pertama disebut Ad26 dan tiga minggu kemudia Ad5 diberikan kepada sukarelawan.
3. Vaksin Sputnik V belum mampu disebut terbukti taklukkan COVID-19
Perjalanan Vaksin Sputnik V disebut masih jauh untuk akhirnya di terima masyarakat. Sejumlah ilmuwan menjelaskan meski membuktikan respons antibodi pada semua sukarelawan di fase 2, tidak bermakna vaksin selanjutnya terjamin mampu memelihara mereka dari virus.
"Kita harus menyongsong vaksin Rusia jika berhasil, dan kita harus menyongsong vaksin lain jika mereka berhasil," kata Bar-Zeev. "Tapi mereka semua harus dievaluasi secara ketat," lanjut dia.
Jaminan vaksin selanjutnya mampu memelihara dari virus COVID-19 menurut sejumlah peneliti hanya mampu dijawab sehabis uji cobalah acak jangka panjang bersama skala yang jauh lebih besar dilakukan.